Jumat, 29 Maret 2013

Pneumonia Aspirasi


Pneumonia Aspirasi terjadi bila cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Keadaan ini lebih dikenal sebagai sindrom aspirasi mekonium. Cairan amnion sendiri sampai saat ini belum dibuktikan dapat membahayakan paru bayi. Cairan amnion yang mengandung mekonium dapat terjadi bila bayi dalam kandungan menderita gawat janin. Kejadian ini merupakan 10 - 20% dari seluruh kehamilan.

Gambuan klinis


Pneumonia aspirasi sering terjadi pada bayi dismaturitas (kecil untuk masa kehamilan), neonatus lebih bulan atau bayi yang menderita gawat janin pada kehamilan atau persalinan. Biasanya bayi lahir dengan asfiksia disertai riwayat resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan pernafasan mulai tampakl dalam 24 jam pertama setelah lahir. Kadang-kadang terdengar pula ronki pada kedua paru. Bergantung kepada jumlah mekonium yang terinhalasi, mungkin terlihat emfisema atau atelektasis.

Pneumonia Aspirasi
Pneumonia Aspirasi
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto Rontgen toraks yang menunjukkan gambaran inftltrasi kasar di kedua paru disertai dengan bagian yang mengalami emfisema.



Kematian dapat terjadi pada hari-hari pertama karena kegagalan pernafasan atau asidosis berat pada bayi yang mengalami perbaikan, biasanya gejala hiperpnue baru dapat menghilang setelah beberapa hari dan kadang-kadang sampai beberapa minggu.

  1. Perawatan umum berupa: (a) pengaturan secara adekuat suhu dan kelembaban lingkungan, (b) pembersihan jalan nafas sebaik-baiknya dan bila perlu dilakukan intubasi, (c) seluruh cairan lambung harus segera dikeluarkan untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi ulangan. Tindakan tersebut di atas seharusnya dikerjakan pada setiap bayi yang lahir dengan cairan amnion yang mengandung mekonium.
  2. Pemberian oksigen bisa mengatur keseimbangan asam-basa. Oksigen diberikan sampai sianosis menghilang. Pemberian NaHCO3 untuk mengatur keseimbangan asam-basa tubuh seperti pada pengobatan penyakit membran hialin, yaitu dengan tujuan mempertahankan pH darah dalam bats normal.
  3. Antibiotika diberikan karena diagnosis banding antara pneumonia aspirasi dengan pneumonia bakterial sulit dibedakan dan penyelidikan menunjukkan bahwa infeksi sekunder pada penderita ini sering ditemukan. Antibiotika yang diberikan ialah kombinasi Penisilin atau Ampisilin dengan Gentamisin.

Kamis, 21 Maret 2013

PROSES MELAHIRKAN DENGAN EPIDURAL ANESTESI



Proses melahirkan secara normal merupakan keinginan sebagian besar wanita , tetapi mereka resah dengan rasa sakit yang akan didera selama proses berlangsung.Sehingga calon ibu dihadapkan pada dilema antara keinginan untuk melahirkan secara normal dimana mereka bisa mendapatkan kepuasan batin tersendiri dan perasaan takut atau tidak siap (terutama untuk yang pertama kali).Namun tidak perlu resah karena sekarang tersedia suntikan epidural yang berfungsi mengurangi rasa sakit selama proses berlangsung dan anda tetap dalam keadaan sadar.

Epidural untuk menghilangkan rasa sakit melahirkan
Epidural untuk menghilangkan rasa sakit melahirkan














 

 

Semua jenis persalinan bisa dilakukan dengan epidural anestesia. Baik itu persalinan dengan operasi Sectio Cesaria (SC), atau persalinan per vaginam (normal, forceps atau  dengan vacuum).

 

Apa itu Epidural Anestesi??


Epidural anestesia adalah regional anestesia yang memblok nyeri sebagian tubuh. Tujuannya adalah menghilangkan nyeri saja tapi pasien tetap sadar, berbeda dengan anestesia umum (bahasa awamnya bius total) yang membuat pasien juga tidak sadar (kalau bagi wanita hamil juga membuat si bayi tidak sadar). Dengan EA nyeri yang ditimbulkan akibat proses persalinan atau operasi ditiadakan. Area yang Mati Rasa setelah diberi epidural
EA dilakukan  hampir sama dengan spinal anestesia (teknik pembiusan separuh badan yang biasa dilakukan pada operasi SC), yaitu dengan memasukan obat ke rongga epidural sehingga rangsang nyeri ditiadakan. Rongga epidural berada di tulang punggung, selapis di depan ruang subarachnoid atau dikenal dengan rongga spinal.
Berbeda dengan spinal anestesia dimana obat hanya bisa dimasukkan satu kali saja, EA obat bisa dimasukkan berkali-kali melalui selang kecil (catheter epidural) yang dimasukan ke rongga epidural
Obat  bisa juga dilanjutkan beberapa hari untuk mengurangi nyeri persalinan baik normal atau operasi.

 Mekanisme Kerja Epidural Anestesi:

Mekanisme kerja epidural sebagai berikut. Tulang punggung terdiri dari tulang belakang yang terpisah-pisah. Tulang belakang melindungi urat saraf tulang belakang yang membentang dari pinggul hingga ke pangkal leher. Urat saraf tulang belakang terdiri dari jutaan serabut saraf. Semuanya terhubung ke otak dan ke seluruh bagian tubuh dengan rute berbeda-beda. Secara fungsi, serabut saraf dibagi dua jenis, yaitu serabut urat saraf sensoris dan serabut urat saraf motoris. Serabut saraf sensoris berfungsi menyampaikan pesan, seperti rasa sakit, panas, dan dingin dari tubuh ke otak. Serabut saraf motoris bekerja sebaliknya, yaitu menyampaikan pesan dari otak ke bagian tubub, antara lain “menyuruh” tubuh bergerak atau berkontraksi.

Pada pembiusan epidural, bagian yang dibius atau diberi penawar sakit adalah urat saraf sensoris sehingga sakit saat kontraksi di rahim tidak sampai ke otak.
Akibatnya, ibu pun tidak merasakan sakit. Namun, pembiusan ini tidak boleh terkena urat saraf motoris sehingga otak tetap dapat “memerintahkan” otot-otot rahim berkontraksi.
Di punggung, urat saraf dikelilingi selubung berisi air yang disebut dura, Antara dura dengan tulang terdapat rongga yang dilalui serabut urat saraf menuju
dan dari berbagai bagian tubuh yang disebut epidura. Pembiusan dilakukan dengan memasukkan jarum kecil berisi tabung (kateter) yang sangat kecil melalui otot punggung ibu hingga ke epidura, dan dengan sangat hati-hati menarik ujung jarum hingga tabung polythene tertinggal di dalam rongga epidura. Sekarang, dokter dapat memberi pembiusan melalui tabung di dalarn rongga tersebut.
Pembiusan epidural harus dilakukan dokter spesialis anestesi. Ketika memasukkan jarum suntik, ibu diminta menekuk seperti posisi bayi dalam perut. Setelah itu harus diawasi karena dapat mengalami efek samping, seperti mual, kejang, dingin, sakit kepala, hingga penurunan tekanan darah sampai titik sangat rendah yang tentu tidak baik bagi ibu maupun janin.

 

Keuntungannya Epidural Anestesi:


- Hilangnya nyeri saat persalinan dan sesudah persalinan (biasanya cathether epidural dipertahankan 3 hari, atau maksimum 21 hari, sesuai jenis cathether yang dipakai)
- Delapan puluh persen ibu berhasil mengatasi rasa sakit.
- Tidak mengacaukan pikiran.
- Membantu dalam mengontrol tekanan daran tinggi.
-Mengembalikan kemampuan ibu mengontrol persalinan sehingga mengembalikan rasa percaya diri.
- Kini, epidural lebih canggih. Penggunaannya tidak memberi efek kebas pada kaki dan tangan.

Kerugian Penggunaan Epidural Anestesi:

- Mungkin, ibu merasa mati rasa hanya sebagian tubuh. Sebagian kecil perut tidak mengalami efek pembiusan.
- Ibu harus tetap di tempat tidur dan merasa sangat menggigil.
- Mungkin, ibu membutuhkan infus di tangan karena epidural membuat tekanan darah beberapa wanita turun. Efeknya kurang baik bagi suplai oksigen ke bayi. Cara pencegahannya, tambah segera volume darah untuk membuat tekanan darah normal kembali.
- Mungkin, kateter terpasang di kandung kemih ibu. Penggunaan epidural menyebabkan ibu tidak dapat memperkirakan waktu untuk bang air kecil sehingga ibu buang air kecil secara otomatis.
- Mungkin, ibu merasa tidak sepenuhnya sadar. Dengan terpasangnya tiga tabung di tubuhnya, ibu harus diberi tahu saatnya mengejan jika efek pembiusan belum hilang pada tahap melahirkan.
- Epidural dapat memperpanjang waktu persalinan, khususnya fase mengejan dan melahirkan bayi.
- Denyut jantung bayi harus dimonitor sepanjang waktu.
- Ada kemunglunan penggunaan forsep atau vacum untuk membantu kelahiran bayi karena seringkali epidural membuat bayi tidak dapat bergerak ke posisi yang pas untuk dikeluarkan.
- Pada saat jarum epidural dicabut dan tabungnya dilepas, kemungkinan ada kebocoran cairan rongga epidura. Cairan ini dapat bergesekan dengan serabut saraf tulang belakang. Padahal, pergesekan sedikit saja dapat menyababkan sakit kepala berat. Hal ini dapat diatasi dengan mengambil sedikit darah dari tangan ibu.
Biasanya, sehari setelah kelahiran bayi dan menyuntikkannya ke punggung untuk menutup lubang akibat jarum epidural:
- Beberapa ibu mendapat masalah berkemih setelah menggunakan epidural

Senin, 04 Maret 2013

CARDIOTOCOGRAPHY (CTG) 
 
CARDIOTOCOGRAPHY adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur DJJ pada saat kontraksi maupun tidak. Jadi bila doppler hanya menghasilkan DJJ maka pada CTG kontraksi ibu juga terekam dan kemudian dilihat perubahan DJJ pada saat kontraksi dan diluar kontraksi. Bila terdapat perlambatan maka itu menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.
Cara pengukuran CTG hampir sama dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan selama kurang lebih 10-15 menit










 
PENGERTIAN UMUM CARDIOTOCOGRAPHY (CTG)
Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan janin atau kontraksi rahim.
Pemeriksaan CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil untuk pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
  • Kehamilan dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis, dll)
  • Kehamilan dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
  • Oligohidramnion (air ketuban sedikit sekali)
  • Polihidramnion (air ketuban berlebih)
Pemeriksaan CTG:

-    Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
-    Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
-    Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
-    Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang  sesuai.
-    Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
 











Mekanisme pengaturan DJJ : (normal 120-160dpm)
  •     SSSimpatis, yang bekerja pada miokardium, dmn dengan obat (beta adrenergik) akn merang/ meningkatkan kekuatan otot jantung, frek & curah jantung.
  •  SSParaS, sebagian besar dipeng o/ N.Vagus yang b’asal dr batang otak. Bekerja pd nodul SA dan AV serta neuron. Rang/ Nvagus (ex asetilkolin) akan menurunkan kerja jantung, frek & curah jantung, sedangkan hambatan pd Nvagus (ex atropin) akn meningkatkan kerja, frek & curah jantung.
  •    Baroreseptor, letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pd daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merang/ nvagus untuk menurunkan kerja, frek dan cjantung
  • Kemoreseptor yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak (sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan otak. Pd saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akn mengakibatkan takhikardi sehingga aliran darah bnyk dan O2 meningkat pd darah & cairan otak
  •     SSPusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
  •     St hormonal, pd keadaan stress (asfiksia) maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frek dan cjantung.
            Karakterisitik DJJ :
  •    Basa fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan kontraksi ut.
  •  Reactivity, merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
Baseline Rate
Normal 120-160dpm, ada juga yang membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.
Takhikardi dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Kehamilan preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Variabilitas DJJ
suatu gbrn osilasi yg tdk teratur yg tampak pd rekaman djj, dan merupakan hasil dr interaksi antara s.simpatis (kardioakselerator) dg s.para (kardiodeselerator). pd keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang. Dibedakan atas dua : variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang (<2dpm) dan saltatory (>25dpm).
Perubahan periodik djj
suatu p’ubahan pola djj yg b’hub dg kontraksi & gerakan janin (akselerasi dan deselerasi)
Indikasi CTG : Hipertensi, DMG, gerak janin kurang, riw. obstetri jelek, PRM, postterm, oligohidramnion, polihidramnion, gamelli, iugr, ibu dg p’sakit penyerta, kehamilan dg anemia.

Kamis, 28 Februari 2013

EKG ( Elektrokardiografi )

Definisi EKG : Elektrokardiografi adalah ilmu yang mempelajari aktivitas listrik jantung. Elektokardiogram adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung 

Cara Menggunakan EKG untuk merekam listrik jantung : 

Persiapan

A. Alat
  • Mesin EKG, yang dilengkapi :
  • kabel untuk sumber listrik
  • kabel untuk bumi (ground)
  • Kabel elektroda ekstremitas dan dada
  • Plat elektroda ekstremitas beserta karet pengikat
  • Balon penghisap elektroda dada
  • Jelly
  • Kertas tissue
  • Kapas Alkohol
  • Kertas EKG
  • Spidol
B. Pasien
Penjelasan (informed consent)
- Tujuan pemeriksaan
- Hal-hal yang perlu diperhatikan saat perekaman
Dinding dada harus terbuka dan tidak ada perhiasan logam yang melekat.
Pasien diminta tenang atau tidak bergerak saat perekaman EKG
Cara memasang EKG
1. Pasang semua komponen/kabel-kabel pada mesin EKG
2. Nyalakan mesin EKG
3. Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak saling bersentuhan
4. Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu dada dan pergelangan kaki dicukur)
5. Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6. Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki. Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7. Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
- V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
- V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
-V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
- V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
- V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
- V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
 










1. Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
2. Buat kalibrasi
3. Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal 6 beat)
4. Kalau perlu buat kalibrasi setelah selesai perekaman
5. Semua electrode dilepas
6. Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
7. Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
8. Matikan mesin EKG
9. Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
10.Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :
  • Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika kertas tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika gambaran EKG kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
  • Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
  • Saat merekam, operator harus menghadap pasien 
    Lead EKG
    Terdapat 2 jenis lead :
    A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
  • Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
  • Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
  • Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF) yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
        B. Lead unipolar : merekam beda potensial lebih dari 2 elektode
    Dibagi 2 : lead unipolar ekstremitas dan lead unipolar prekordial
    Lead unipolar ekstremitas
  • Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
  • Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
  • Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
    Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
    Kertas EKG
    Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.
    Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik terdiri dari :
  • Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
  • Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi ventrikel)
  • Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
  • Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung
Lead II, III, aVF menunjukkan bagian inferior jantung
Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Aksis jantung
axis ekg
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke kanan antara +110 s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal
clip_image002
 
Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR, V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di hampir semua lead kecuali di aVR
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya. Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm. segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG
  • Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak
  • Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)
  • Tentukan frekwensi (“Heart rate”)
  • Tentukan sumbu jantung (“Axis”)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
  • Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang pacu jantung)
1. MENENTUKAN FREKWENSI JANTUNG
Cara menentukan frekwensi melalui gambaran EKG dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :
a.  300 dibagi jumlah kotak besar antara R – R’
b. 1500 dibagi jumlah kotak kecil antara R – R’
c. Ambil EKG strip sepanjang 6 detik, hitung jumlah gelombang QRS dalam 6 detik tsb kemudian dikalikan 10 atau ambil dalam 12 detik, kalikan 5
2. MENENTUKAN IRAMA JANTUNG
Dalam menentukan irama jantung urutan yang harus ditentukan adalah sebagai berikut
- Tentukan apakah denyut jantung berirama teratur atau tidak
- Tentukan berapa frekwensi jantung (HR)
- Tentukan gelombang P ada/tidak dan normal/tidak
- Tentukan interval PR normal atau tidak
- Tentukan gelombang QRS normal atau tidak
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
Kriteria Irama Sinus adalah :
- Iramanya  teratur
- frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
-Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
- Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
- PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan

Rabu, 27 Februari 2013

Kista Ovarium

Kista ovarium merupakan tumor jinak berupa kantong abnormal berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur (ovarium). Indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam jaringan ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi. Kista fungsional akan mengkerut dan menyusut setelah beberapa waktu (setelah 1-3 bulan).
kista-ovarium 
Kista ovarium dibagi menjadi empat, yaitu :
a. Kista Folikuler
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada di dalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir di dalam ovarium.
b. Kista Corpus Luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang terkadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul.
c. Kista Teka Lutein
Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan di luar kandungan (ektopik pregnansi). Kista ini akan hilang sendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu kehamilan diluar kandungan dikeluarkan
d. Polikistik kista
Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih. Bisa timbul di kedua ovarium kiri dan kanan, berhubungan dengan gangguan hormon dan gangguan menstruasi.
Wanita yang mengandung polikistik dapat diketahui antara lain :
- Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomennorhea)
- Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea)
- Tidak terjadi ovulasi
- Mandul
- Berjerawat